Wednesday, November 30, 2011

Belajar Membaca Tanpa Mengeja


Oleh : Ida Silvia

Mengeja adalah salah satu cara anak untuk memulai belajar membaca. Kendati jaman saya kecil, mengeja selalu jadi satu-satunya cara yang diajarkan ke anak ketika mulai membaca, namun hal itu tidak saya terapkan pada anak saya.
Belajar membaca dengan mengeja terbukti akan membuat anak lebih lambat membaca. Karena jika kita menghilangkan satu proses dari semua tahapan proses belajar membaca(menghilangkan tahapan mengeja), tentu saja anak akan lebih cepat bisa membaca. Anak yang diajari mengeja akan cukup nyaman dengan kebiasaan mengejanya sehingga butuh waktu lama untuk menghilangkan kebiasaan(kenyamanan)nya itu. Hal itu akan membuat anak yang seharusnya sampai ϑî tahap bisa membaca kata utuh(tanpa mengeja) menjadi mundur dari masanya.
Untuk mengajarinya membaca tanpa mengeja, anda tentu membutuhkan buku cetak yang khusus ϑî pakai untuk belajar membaca. Anda bisa banyak temukan ϑî toko buku sekelas gramedia bahkan sekelas toko kecil ϑî jalan raya dekat rumah anda. Anda bisa memakai buku dengan harga ϑîatas 50rb bahkan dengan harga dibawah 10rb. Yang penting dalam pemilihan buku, anda melihat tahapan pembelajaran ϑî buku itu, sehingga memudahkan proses belajar anak.

Sebagai panduan tahapan belajar membaca, saya uraikan ϑî bawah ini :

1. Membaca suku kata dengan "sedikit hafalan"

Kita akan mulai mengajarkan anak kita membaca suku kata dahulu. Ketika "B" berdampingan dengan "A", ajari untuk membaca "ba". Cukup katakan "B dan A, bacanya ba. B dan I, bacanya bi", dst. Anak harus menirukan tiap suku kata yang terbaca.
Biarkan anak anda terbiasa atau bahkan hafal urutan BA BI BU BE BO, CA CI CU CE CO, dst. Setelah kita mengajarkan beberapa, anak akan cenderung hafalan. Biarkan saja itu dulu. Mungkin ketika kita menyuruhnya membaca baris H, dia akan dengan sangat mudah membaca HAHIHUHEHO. Di tahapan ini, anak belum dapat dikatakan bisa karena yang mereka ucapkan adalah hafalan urutan nada pengucapan. Setidaknya mereka benar-benar bisa membaca suku pertama(semua huruf konsonan B-Z berdampingan dengan A)nya.
Dan yang harus tetap dipastikan, sang anak kudu tetap menunjuk dengan benar tiap suku kata yang dibacanya. Misalnya saat membaca WA dia menunjuk ϑî WA, saat membaca WI tangannya kudu ϑî WI, dst.

2. Mulai beri variasi dalam membaca suku kata

Setelah cukup lancar dengan poin 1, anak kita ajari membaca dengan cara menurun, misalnya BACADAFA, BICIDIFI, BUCUDUFU hingga WOXOYOZO.
Tunjuk tiap suku kata secara menurun agar anak anda membacanya. Jika dia berhenti karena kesulitan, bimbing dia misalnya " ayo apa M dan U?", anak pasti akan berfikir dahulu, bantu membacakannya jika anak anda masih kesulitan.
Setelah menurun, kita bisa mengajarinya melompat-lompat. Anda bisa menunjuk suku kata apa saja untuk dibacanya. Awalnya cukup lambat, namun ϑî tahapan ini pun anak mulai bisa membaca kata yang terdiri dari dua suku kata yang dipisah, misalnya KU PU, SA TE .

3. Membaca kata dengan dua suku terpisah

Kalau tahapan 2 sudah terlewati, anak akan mudah membaca kata dengan 2 suku kata terpisah. Di tahapan ini jangan dulu diajarkan kata yang berakhiran huruf mati hingga dia cukup lancar ϑî tahapan ini.

4. Ajari anak membaca huruf mati

Untuk membaca kata berakhiran huruf mati(termasuk kata berakhiran "ng"), lebih mudah dibanding ketika kita mengenalkan menulis(mendekte) kata dengan huruf mati. Yang diperlukan hanya banyak latihan, sambil ajarkan anak untuk mengerti dan terbiasa dengan pengucapan semua huruf mati. Beberapa buku sudah cukup memfasilitasi, misalnya buku "praktis membaca" akan mengajarkan dalam 1 halaman semua kata yang harus dibaca berakhiran T semua, dst. Harus sering latihan untuk memperlancar kemampuan membacanya.

5. Mulai belajar membaca kata utuh tanpa dipisah

Setelah keempat tahap terlewati, mudah buat anak untuk membaca kata utuh tanpa dipisah.
Dari sini, pelajaran membaca anak menjadi lebih mudah. Tinggal dilanjutkan mengajaknya membaca kalimat-kalimat sederhana dan beri dia pertanyaan seputar kalimat yang dibacanya, hanya untuk memantau apakah dia mengerti kalimat yang dibacanya atau hanya sekedar membacanya.


Tujuan dari tahapan 1- 4 hanya untuk menanamkan konsep membaca ϑî kepalanya. Kalau konsep membaca sudah tertanam ϑî benaknya, akan mudah baginya membaca kata juga kalimat.
Anak yang terbiasa membaca dengan mengeja, akan tetap mengeja ketika dia mulai membaca kata. Anak yang tidak diajari mengeja ketika sampai ϑî tahap membaca kata dengan 2 suku kata yang penulisannya dipisah sekalipun, akan terdengar membaca kata utuh. Dan tanpa mengeja, anak akan lebih cepat memahami maksud dari kalimat yang dibacanya.

6 comments:

  1. terimakasih mbak ida atas postingannya..
    inspiratif sekali..
    insyaAllah akan saya praktekkan pada anak didik saya..
    sekali lagi terimakasih.. :)
    salam.

    ReplyDelete
  2. terima kasih..................... cukup memberikan inspirasi buat saya.

    ReplyDelete
  3. makasih sangat membantu postingnya..

    ReplyDelete
  4. Anak anda tidak mau lepas dari gadget atau komputer? Waktu belajar anak anda jadi berkurang? yuk kita cari jalan keluarnya… Media Belajar Digital adalah salah satu sumber belajar yang bisa diakses lewat gadget atau komputer. Belajar jadi bisa kapanpun dan dimanapun. Tidak perlu khawatir lagi anak anda kekurangan waktu untuk belajar

    ReplyDelete
  5. apakah artinya anak hrs diajarkan dulu b a adalah ba, b u adalah bu.. ? karna dl sy diajarkan mengeja, sering kali tanpa sadar ketika mengajarin anak sy suka mengeja per huruf. mohon masukannya, apakah mengeja akan membawa kesulitan kpd anak di kemudian hari?

    ReplyDelete
  6. ini membantu sekali, pertanyaan saya, sebaiknya di umur berapa anak diajarkan membaca? trims

    ReplyDelete