Wednesday, November 23, 2011

Mengatasi Sifat Penakut dan Pemalu Buah Hati


Oleh : Ida Silvia

Saya masih sangat ingat dengan diri saya ketika kecil. Saya sering takut dengan orang asing bahkan dengan anak kecil sebaya. Saya sering merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru saya. Saya sering merasa tidak aman ketika harus beraktifitas sendiri tanpa didampingi ibu saya.
Waktu itu saya merasa orang-orang disekeliling saya hanya menganggap itu sebagai hal yang tidak perlu mendapat perhatian khusus. Saya tidak ingat ada yang berusaha membesarkan hati saya kala itu. Saya tidak ingat ada yang memberikan masukan positif sebagai penangkal menciutnya hati. Seolah mereka percaya bahwa hal itu akan hilang dengan sendirinya dengan bertambahnya usia.
Namun sebuah kesalahan membiarkan anak tetap berada ϑî dunia yang salah. Butuh kerja sangat keras untuk menghilangkan kebiasan pesimis dan kecil hati yang sudah tertanam pada pola pikir sejak kecil.
Berkaca dari pengalaman itu, saya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama. Saya ingin buah hati menjadi pribadi yang berani dan optimis dalam melangkah untuk masa depannya. Saya ingin membantunya sejak dini.
Kekhawatiran saya bahkan sejak saya belum punya momongan adalah khawatir anak saya mungkin akan mewarisi watak kecil saya. Sejak awal saya sangat concern dengan hal itu. Saya memantau perkembangannya bahkan sejak usianya belum genap 1th.

Ketika kita melihat ada perbedaan antara anak kita dengan anak-anak kecil pada umumnya, mungkin anak kita takut ketika didekati anak lain, anak kita menjadi anak yang susah bergaul, tidak berani memulai berkenalan, tidak berani mendatangi temannya untuk memulai bermain, tidak nyaman ketika jauh dari ayah bundanya atau bahkan ingin selalu didampingi sang bunda..berarti anak kita tergolong anak yang pemalu dan atau penakut.
Anak pemalu cenderung memilih mengambil langkah aman, dia cenderung "mundur" ke posisi yang menurutnya aman ketika berhadapan dengan orang, tempat atau sesuatu yang baru. Anak penakut bersikap hati-hati terhadap hal baru dan cenderung merasa takut jika jauh dari ayah atau bundanya.
Menurut saya, anak harus dibiasakan bersosialisasi sejak dini. Sejak sebelum dia bersekolah. Ketika anak sudah mulai bisa berinteraksi dua arah dan mulai bisa diberi ataupun sekedar mengerti masukan positif, saat itu mudah buat kita untuk membimbing dan mengarahkannya.
Sebagai orang tua kita berperan sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Sediakan waktu anda untuk membimbing mereka. Anak-anak suka meniru apa yang dilihatnya. Biarkan anak anda melihat langsung seperti apa bersosialisasi. Dan anda harus menyiapkan diri anda untuk menjadi supporter, juga ikut aktif dalam proses pembentukan rasa percaya diri anak anda. Untuk itu butuh proses dan kesabaran dari orang tua dan lingkungan sekitarnya.

Ini adalah langkah-langkah yang saya lakukan untuk membangkitkan rasa percaya diri anak saya :

1. Kenalkan anak anda dengan lingkungan ϑî sekitar rumah anda.

Mulailah mengajak buah hati meluangkan waktu bersama dengan anak-anak ϑî sekitar kompleks perumahan. Awalnya ajak anda anda sekedar melihat keceriaan ϑî lingkungannya. Melihat teman-temannya bermain bersama akan meningkatkan keinginannya untuk ikut bermain. Namun jangan dipaksa, kerana tidak semua anak bisa langsung ikut terlibat dalam permainan. Ada anak yang cukup pemalu hingga tidak akan berani mendekat.

2. Ajarkan anak anda untuk terlibat dengan lingkungannya.

Di sini anda bisa mulai menempatkan diri anda sebagai "alat peraga" bagi buah hati anda. Anda bisa (mengajarkan)berkenalan dengan salah satu dari anak-anak yang sedang asyik bermain ϑî taman. Lalu libatkan anak anda dalam percakap tersebut. Ajak anak untuk berkenal dengan "teman baru anda". Buat pembicaraan yang bisa membuat mereka saling berbicara dan berinteraksi satu sama lain.

3. Beri anak anda kepercayaan ketika dia berada ϑî lingkungan baru.

Jangan terlalu protektif pada anak anda. Beri mereka kepercayaan. Misalnya ketika anda mengajaknya ke arena bermain anak, anda melihat anak anda terlihat ketakutan atau tidak nyaman dengan lingkungannya, anda bisa memulai untuk ikut bermain dan berinteraksi dengan mereka. Buat mereka saling berinteraksi hingga anak anda terlihat enjoy dengan teman barunya. Nah saat itu adalah saat yang tepat bagi anda untuk mulai menjauh, membiarkan anak anda belajar mengenal temannya dan lingkungannya tanpa campur tangan anda. Namun anda harus tetap memantau mereka dari jauh sekedar untuk memastikan kalau anak anda yang mungkin belum terbiasa bersosialisasi tetap nyaman dan baik-baik saja.

4. Ketika anak anda merasa takut atau malu, jangan memaksanya atau menghardiknya.

Jangan paksa anak anda untuk menjadi pemberani dan percaya diri. Anak kecil akan cenderung menolak ketika kita memaksanya. Apalagi kalau kita menghardiknya, hal itu akan membuatnya semakin menciut dan semakin menghancurkan percaya dirinya. Ketika anda memaksanya atau menghardiknya, Anak anda tidak akan melihatnya sebagai sebuah dukungan/dorongan bukan juga masukan positif. Yang masuk dikepalanya hanya anda memarahinya dan membuatnya semakin tidak nyaman.

5. Pahami perasaannya dan beri anak anda dukungan.

Jangan menyalahkannya ketika perasaan malu atau takut itu timbul. Pahami perasaannya, tunjukkan padanya bahwa perasaan itu wajar dan juga dimiliki teman-teman lainnya. Hal itu bertujuan untuk tidak membuatnya semakin terkucil. Beri dia dorongan agar dia menjadi lebih berani dan percaya diri. Ajak dia untuk mengenal lingkungannya dan beri dia penghargaan ketika dia bahkan sudah berani memulai tersenyum kepada teman barunya.

6. Biarkan anak anda ikut ϑî acara dan kegiatan yang mengasah percaya diri juga keberaniannya.

Jangan membatasi aktifitasnya karena anda khawatir anak anda akan merasa tidak nyaman ϑî acara yang terdapat banyak orang, ataupun khawatir dia menangis ϑî kegiatan yang membutuhkan keberanian.
Biarkan anak anda hadir ϑî acara yang banyak dihadiri orang seperti ϑî acara pesta ulang tahun temannya. Anda bisa datang lebih awal agar anak anda bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisinya sebelum pesta itu dipenuhi banyak orang, biarkan dia merasa nyaman dengan tempat itu terlebih dahulu.
Juga asah keberaniannya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ϑî luar sekolah ataupun kegiatan sekolah yang menuntutnya beraktifitas dan jauh dari anda. Aktifitas ϑî luar sekolah, misalnya dia bisa anda ikutkan kelompok menggambar, menari, atau ikut mengaji bersama ϑî masjid dekat rumah. Dî sekolah, anda bisa mendorongnya ikut pentas seni, lomba-lomba juga kegiatan sekolah yang dilakukan dengan sekolah-sekolah lainnya.
Biarkan anak anda terbiasa beradaptasi dengan lingkungan dan situasi baru dan terbiasa mengatasi rasa tidak nyaman dan ketakutannya. Mula-mula anda harus banyak membimbingnya tapi lama kelamaan dia akan terbiasa dan tidak akan canggung lagi dengan dirinya dan pembawaannya dalam lingkungan sosial dan akan lebih baik kelak.

Menurut para ahli, watak anak bisa dipengaruhi karena faktor gen atau keturunan namun hanya 10%. Peran anda sangat besar dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak anda. Jadi mulailah untuk fokus memberikan perhatian, bimbingan juga dorongan kepadanya agar kelak anak-anak kita menjadi anak yang lebih siap menyongsong masa depannya.

3 comments:

  1. Manteb buk. Tulisan ini cocok dg saya yg pemalu hihihihi ;p

    ReplyDelete
  2. Kyk pengalaman saya dulu. Kini saya harus mengajari ank saya biar tidak sperti saya.

    ReplyDelete